Kebudayaan dan
Kepribadian
Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa
Sansekerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau
budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau
akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata
budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan,
sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga
kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
Kebudayaan=cultuur
(bahasa belanda)=culture (bahasa inggris)=tsaqafah (bahasa arab), berasal dari
perkataan latin : “colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani.
Dari segi
arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam”.
Dalam
disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu diartikan sama
(Koentjaraningrat, 1980:195). Namun dalam IBD dibedakan antara budaya dan
kebudayaan, karena IBD berbicara tentang dunia idea atau nilai, bukan hasil
fisiknya. Secara sederhana pengertian kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu
pada pengertian sebagai berikut :
1. Kebudayaan dalam arti luas, adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
2. Kebudayaan dalam arti sempit dapat
disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur yang mengandung
pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.
Kebudayaan
ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian luas, meliputi pemahaman
perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,
moral, hokum, adat-istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh
dari anggota masyarakat (Taylor, 1897:19).
Kebudayaan
terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan
reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh symbol-simbol yang menyusun
pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk di
dalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas
tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai.
Ketentuan-ketentuan ahli kebudayaan itu sudah bersifat universal, dapat
diterima oleh pendapat umum meskipun dalam praktek, arti kebudayaan menurut
pendapat umum ialah suatu yang berharga atau baik (Bakker, 1984:21).
Pengertian Kebudayaan menurut para
ahli :
1. Ki
Hajar Dewantara
Kebudayaan
menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan
manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan
masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
2. Koentjaraningrat
Mengatakan
bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
3. A.L. Kroeber dan C.Kluckhohn (1952:34)
Dalam
bukunyan Culture, a critical review of concepts and definitions mengatakan
bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam
arti seluas-luasnya.
4. Malinowski
Malinowski
menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai system
kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang
khas. Misalnya, guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselamatannya maka timbul
kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam bentuk
tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan.
5. E.B Taylor (1873:30) dalam bukunya
Primitive Culture kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks,
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hokum, adat-istiadat
dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk
mencapai kesempurnaan hidup. Hasil buah budi (budaya) manusia itu dapat kita
bagi menjadi 2 macam :
1. Kebudayaan material (lahir), yaitu
kebudayaan yang berwujud kebendaan, misalnya : rumah,
gedung, alat-alat senjata,
mesin-mesin, pakaian dan sebagainya.
2. Kebudayaan immaterial (spiritual=batin),
yaitu : kebudayaan, adat istiadat, bahasa, ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Unsur Kebudayaan
Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
bagian suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu.
Dengan adanya unsur tersebut, kebudayaan disini lebih mengandung makna
totalitas daripada sekedar penjumlahan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya.
Menurut Kluckhohn ada tujuh unsure dalam kebudayaan universal, yaitu system
religi dan upacara keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system
pengetahuan, system mata pencaharian hidup, system tekhnologi dan peralatan,
bahasa, serta kesenian. Untuk lebih jelas, masing-masing diberi uraian sebagai
berikut.
1. Sistem religi dan upacara keagamaan,
merupakan produk manusia sebagai homo religious. Manusia yang memiliki
kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya
terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat “menghitam-putihkan”
kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga menyembah-Nya dan
lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar
tersebut agar mau menuruti kamauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan
dalam system religi dan upacara keagamaan.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia
sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya
manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang
merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
3. Sistem pengetahuan, merupakan produk
dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran
sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia
untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang
lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas.
4. Sistem mata pencaharian hidup, yang
merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat
kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem teknologi dan peralatan,
merupakan produksi dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya
yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan
erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan
alat-alat ciptaannya itu, manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya
daripada binatang.
6. Bahasa, merupakan produk dari manusia
sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk
tanda (kode), yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan
akhirnya menjadi bahasa tulisan.
7. Kesenian, merupakan hasil dari manusia sebagai
homo esteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia
perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
Perlu dimengerti bahwa unsur-unsur kebudayaan yang membentuk
struktur kebudayaan itu tidak berdiri lepas dengan lainnya. Kebudayaan bukan
hanya sekedar merupakan jumlah dari unsur-unsurnya saja, melainkan merupakan
keseluruhan dari unsur-unsur tersebut yang saling berkaitan erat (integrasi),
yang membentuk kesatuan yang harmonis. Masing-masing unsur saling mempengaruhi
secara timbale-balik. Apabila terjadi perubahan pada salah satu unsur, maka
akan menimbulkan perubahan pada unsur
yang lain pula.
Wujud Kebudayaan
Selain unsur
kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat
umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah
(material) yang memiliki cirri dapat dilihat, diraba, dan dirasa. Sehingga
lebih konkret atau mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang
memiliki ciri dapat dirasa saja. Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat
lebih abstrak dan lebih sulit dipahami. Koentjaraningrat dalam karyanya
kebudayaan. Mentaliter, dan pembangunan menyebutkan bahwa paling sedikit ada
tiga wujud kebudayaan, yaitu :
1. Sebagai suatu kompeks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
2. Sebagai suatu kompleks aktivitas
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Sebagai benda-benda hasil karya manusia.
(koentjaraningrat, 1974:15).
Wujud
pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan
difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Ide-ide dan gagasan manusia ini
banyak yang hidup dalam masyarakat dan member jiwa kepada masyarakat.
Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan
menjadi suatu system, disebut system budaya atau culture system, yang dalam
bahasa Indonesia disebut adat istiadat.
Wujud kedua
adalah yang disebut system social, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu
sendiri. Sistem social ini bersifat konkrit sehingga bias diobservasi, difoto
dan didokumentir.
Wujud ketiga
adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia
dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bias diraba,
difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan
masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lainnya.
Kebudayaan
sebagai karya manusia memiliki system nilai. Menurut C.Kluckhohn (1961:38)
dalam karyanya Variations in Value Orientation, system nilai budaya dalam semua
kebudayaan yang ada di dunia sebenarnya berkisar pada lima masalah pokok dalam
kehidupan manusia, yaitu :
1. Hakikat dari hidup manusia (manusia dan
hidup, disingkat MH)
2. Hakikat dari karya manusia (manusia dan
karya, disingkat MK)
3. Hakikat kedudukan manusia dalam ruang
waktu (manusia dan waktu, disingkat MW)
4. Hakikat hubungan manusia dengan
sesamanya (manusia dan manusia, disingkat MM).
FUNGSI BUDAYA ORGANISASI
A.
PENGERTIAN DAN FUNGSI BUDAYA
ORGANISASI
Budaya
organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota
yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem
makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi
oleh organisasi.
Adapun
pengertian Budaya Organisasi menurut beberapa ahli, yaitu :
1.Menurut
Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya
organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh
organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu
sendiri.
2.Menurut
Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya
organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan
pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian
organisasi.
3.Menurut
Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut
oleh anggota-anggota organisasi itu.
FUNGSI BUDAYA ORGANISASI
Budaya
organisasi memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi budaya organisasi adalah
sebagai tapal batas tingkah laku individu yang ada didalamnya.
Menurut
Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
1.Budaya
menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
2.Budaya
membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3.Budaya
mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
4.Budaya
merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
5.Budaya
sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku karyawan.
B. TIPOLOGI BUDAYA ORGANISASI
Menurut
Sonnenfeld dari Universitas Emory (Robbins, 1996 :290-291), ada empat tipe
budaya organisasi :
1. Akademi
Perusahaan
suka merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka pelatihan istimewa,
dan kemudian mengoperasikan mereka dalam suatu fungsi yang khusus. Perusahaan
lebih menyukai karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam
menghadapi dan memecahkan suatu masalah.
2. Kelab
Perusahaan
lebih condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan
memberi nilai tinggi pada karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam sistem
organisasi. Perusahaan juga menyukai karyawan yang setia dan mempunyai komitmen
yang tinggi serta mengutamakan kerja sama tim.
3. Tim
Bisbol
Perusahaan
berorientasi bagi para pengambil resiko dan inovator, perusahaan juga
berorientasi pada hasil yang dicapai oleh karyawan, perusahaan juga lebih
menyukai karyawan yang agresif. Perusahaan cenderung untuk mencari orang-orang
berbakat dari segala usia dan pengalaman, perusahaan juga menawarkan insentif
finansial yang sangat besar dan kebebasan besar bagi mereka yang sangat
berprestasi.
4. Benteng
Perusahaan
condong untuk mempertahankan budaya yang sudah baik. Menurut Sonnenfield banyak
perusahaan tidak dapat dengan rapi dikategorikan dalam salah satu dari empat kategori
karena merek memiliki suatu paduan budaya atau karena perusahaan berada dalam
masa peralihan.
C. KREATIVITAS INDIVIDU DAN TEAM PROSES INOVASI
Kreativitas
dengan inovasi itu berbeda. Kreativitas merupakan pikiran untuk menciptakan
sesuatu yang baru, sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru.
Hubungan keduanya jelas. Inovasi merupakan aplikasi praktis dari kreativitas.
Dengan kata lain, kreativitas bisa merupakan variabel bebas, sedangkan inovasi
adalah variabel tak bebas. Dalam praktek bisnis sehari-hari, ada perencanaan
yang meliputi strategi, taktik, dan eksekusi. Dalam pitching konsultansi atau
agency, sering terdengar keluhan bahwa secara konseptual apa yang disodorkan
agency bagus, tetapi strategi itu tak berdampak pada perusahaan karena mandek
di tingkat eksekusi. Mengapa? Sebab, strategi bisa ditentukan oleh seseorang,
tetapi eksekusinya harus melibatkan banyak orang, mulai dari atasan hingga
bawahan. Di sinilah mulai ada gesekan antarkaryawan, beda persepsi hingga ke
sikap penentangan.
Itu
sebabnya, tak ada perusahaan yang mampu berinovasi secara konsisten tanpa
dukungan karyawan yang bisa memenuhi tuntutan persaingan. Hasil pengamatan kami
menunjukkan, perusahaan-perusahaan inovator sangat memperhatikan masalah
pelatihan karyawan, pemberdayaan, dan juga sistem reward untuk meng-create daya
pegas inovasi. Benih-benih inovasi akan tumbuh baik pada perusahaan-perusahaan
yang selalu menstimulasi karyawan, dan mendorong ke arah ide-ide bagus. Melalui
program pelatihan, sistem reward, dan komunikasi, perusahaan terus berusaha
untuk mendemokratisasikan inovasi.
Kepribadian
Kepribadian merupakan gambaran secara
umum dari wujud perilaku seorang individu yang sangat khas yang dapat terlihat
dari perilaku sehari-hari. Wujud nyata dari kepribadian dapat berupa banyak
hal, antara lain pengarai, sikap dan perilaku, tutur kata, persepsi, kegemaran,
keimanan, dan sebagainya. Kepribadian merupakan perpaduan antara warisan
biologis yang diterima seseorang dari leluhurnya dengan pengaruh lingkungan
melalui proses interaksi dan proses sosialisasi sejak lahir hingga dewasa
Seorang ahli yang bernama Cooley
menyatakan, bahwa kepribadian seseorang berkembang melalui proses bertahap yang
rumit dan berlangsung seumur hidup. Kepribadian seseorang hanya dapat
berkembang dengan bantuan orang lain, karena orang lainlah yang memberikan
gambaran mengenai diri kita. Dari gambaran diri atau cermin diri yang diberikan
orang lain itu kemudian kepribadian kita terbentuk.
Sosiolog lain yang mengemukakan
pengertian kepribadian antara lain:
a. Cuber, berpendapat bahwa kepribadian
adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh
seseorang.
b. M.A.W. Brower, menyatakan bahwa
kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan,
dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang
c. Theodore M. Newcomb, menyatakan bahwa
kepribadian merupakan organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar
belakang dari perilakunya. Hal demikian berarti bahwa kepribadian menunjuk pada
organisasi dari sikap-sikap seorang individu, bahwa apabila dia berhubungan
dengan orang lain atau ketika dia menanggapi suatu masalah maupun
keadaan-keadaan tertentu, maka agar berbuat sesuatu untuk: mengetahui, berpikir
dan merasakan secara khusus.
d. Yinger, mendefinisikan kepribadian
sebagai keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan
tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian informasi.
e. Horton, menurutnya kepribadian adalah
keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, dan temperamen seseorang. Sikap,
perasaan, dan temperamen itu akan terwujud daalam tindakan seseorang jika
berhadapan pada situasi tertentu.
f.
Koentjoroningrat,
memberikan penjelasan bahwa kepribadian merupakan susunan dari unsur-unsur akal
dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
g. Schaefer & Lamm, berpendapat bahwa
kepribadian merupakan keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas, dan
perilaku seseorang.
h. Roucek dan Warren, mendefinisikan bahwa
kepribadian merupakan organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan
sosiologis, yang mendasari perilaku seorang individu.
Yang
termasuk faktor-faktor biologis adalah
-
Keadaan fisik
-
Sistem syaraf
-
Watak seksual
-
Proses pendewasaan
individu
-
Kelainan-kelainan
biologis yang lain
Sedangkan
faktor-faktor psikologis, meliputi:
-
Unsur temperamen
-
Perasaan
-
Keterampilan
-
Kemampuan belajar
-
Keinginan
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepribadian merupakan abstraksi dari pola perilaku manusia yang merupakan
ciri-ciri watak yang khas dan konsisten sebagai identitas seorang individu,
mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan berbagai sifat yang khas apabila
seseorang berhubungan dengan orang lain.
Ciri-ciri
kepribadian
Para ahli tampaknya masih sangat
beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian
kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner
Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang
berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan
satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat
dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai
sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah
penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu
proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya
mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi
dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik
bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu
dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur
psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi
kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga
menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian
individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal,
diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari
Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan
Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori
Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull,
Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin
Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di
dalamnya mencakup :
- Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
- Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
- Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
- Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
- Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
- Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri
kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau
justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003)
mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai
berikut :
Kepribadian
yang sehat
- Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
- Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
- Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
- Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
- Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
- Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
- Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
- Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
- Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
- Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
- Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
Kepribadian
yang tidak sehat
- Mudah marah (tersinggung)
- Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
- Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
- Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
- Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
- Kebiasaan berbohong
- Hiperaktif
- Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
- Senang mengkritik/mencemooh orang lain
- Sulit tidur
- Kurang memiliki rasa tanggung jawab
- Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
- Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
- Pesimis dalam menghadapi kehidupan
- Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
Faktor-faktor penentu kepribadian
Faktor keturunan
Keturunan
merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender,
temperamen, komposisi otot
dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap,
entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua
dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis,
psikologis,
dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari
100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara
terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku,
ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar
ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa
lingkungan
pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata
lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga
yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan
kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara
kandungnya yang dibesarkan bersama-sama. Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.[1] Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.[1] Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.
Sifat-sifat kepribadian
Berbagai
penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk
mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan
perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri
seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan
takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai
situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal
yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini
bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan,
menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan
pengembangan karier.
Cara identifikasi kepribadian
Terdapat
sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama yang mengatur
perilaku. Seringnya, upaya ini sekadar menghasilkan daftar panjang sifat yang
sulit untuk digeneralisasikan dan hanya memberikan sedikit bimbingan praktis
bagi para pembuat keputusan organisasional. Dua pengecualian adalah
Myers-Briggs Type Indicator dan Model Lima Besar. Selama 20 tahun hingga saat
ini, dua pendekatan ini telah menjadi kerangka kerja yang dominan untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang.
·
Myers-Briggs Type
Indicator
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah tes kepribadian menggunakan empat karakteristik dan mengklasifikasikan
individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian. Berdasarkan jawaban yang
diberikan dalam tes tersebut, individu diklasifikasikan ke dalam karakteristik
ekstraver atau introver, [sensitif]] atau intuitif, pemikir atau perasa, dan
memahami atau menilai[5]. Instrumen ini adalah instrumen penilai kepribadian
yang paling sering digunakan. MBTI telah dipraktikkan secara luas di
perusahaan-perusahaan global seperti Apple Computers, AT&T, Citgroup, GE,
3M Co., dan berbagai rumah sakit, institusi pendidikan, dan angkatan bersenjata
AS.
·
Model Lima Besar
Myers-Briggs
Type Indicator kurang memiliki bukti pendukung yang valid, tetapi hal tersebut
tidak berlaku pada model lima faktor kepribadian -yang biasanya disebut Model
Lima Besar. Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah besar penelitian mendukung
bahwa lima dimensi dasar saling mendasari dan mencakup sebagian besar variasi
yang signifikan dalam kepribadian manusia. Faktor-faktor lima besar mencakup
ekstraversi, mudah akur dan bersepakat, sifat berhati-hati, stabilitas emosi,
dan terbuka terhadap hal-hal baru.
Menilai kepribadian
Alasan
paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai kepribadian adalah
karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian sangat berguna dalam membuat
keputusan perekrutan. Nilai dalam tes kepribadian membantu manajer meramalkan
calon terbaik untuk suatu pekerjaan.
Terdapat tiga cara utama untuk menilai
kepribadian:
-
Survei mandiri
-
Survei peringkat oleh
pengamat
-
Ukuran proyeksi
(Rorschach Inkblot test dan Thematic Apperception Test)
Sifat kepribadian utama yang memengaruhi perilaku organisasi
Evaluasi inti diri
Evaluasi
inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri
mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan
apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas lingkungan
mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga
diri dan lokus kendali. Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri
sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau
tidak berharga sebagai seorang manusia.
Machiavellianisme
Machiavellianisme
adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak
emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses. Karakteristik
kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis
pada abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan
kekuasaan.
Narsisisme
Narsisisme
adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang
berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah
penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah
pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan
mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu
narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan
penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang
rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka. Individu
narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap
yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya.
Pemantauan diri
Pemantauan
diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor
situasional eksternal. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi
menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan
faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan
tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku
individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu
yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.
Kepribadian tipe A
Kepribadian
tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk
mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya
yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara,
karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi
dan perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A
adalah:
·
selalu bergerak,
berjalan, dan makan cepat;
·
merasa tidak sabaran;
·
berusaha keras untuk
melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan;
·
tidak dapat menikmati
waktu luang;
·
terobsesi dengan angka-angka,
mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh.
Kepribadian proaktif
Kepribadian
proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak,
dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif
menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau
halangan.
Sumber :